Senin, 15 Oktober 2012

pengaruh sosial dan sikap menolong


SIKAP MENOLONG
Sikap menolong adalah bagian dari kebutuhan  sosial dan salah satu bagian dari hubungan sosial selain cinta dan suka,dan rasa empati dapat menumbuhkan dan mempengaruhi sikap prososial dalam diri seseorang. Sebelum kita membahas sikap menolong, sebaiknya kita membahas terlebihdahulu apa itu kebutuhan sosia dan empati.
Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial adalah keadaan seseorang akan kehadiran orang lain ketika seseorang itu merasa terdapat ancaman fisik,merasa gembira,merasa bersalah,mengahadapi masalah pribadi yang serius atau ketika seseorang itu mengahadapi situasi asing untuk pertama kalinya.
Wanita biasanya menunjukan lebih banyak kebutuhan untuk berada bersama dengan orang lain.
Kehadiran akan orang lain ini sangat berpengaruh karna kehadiran seseorang terhadap situasi yang tidak menyenangkan seolah memberikan dukungan sosial kepada kita untuk mengatasi halangan dan rasa sakit.
Kehadiran orang lain juga memenuhi kebutuhan kita akan perbandingan sosial,yang maksud disini akan kebutuhan akan perbandingan sosial adalah kehadiran seseorang yang mengalami situasi yang sama dengan diri kita akan memberikan kesempatan pada orang lainnya untuk mengadakan evaluasi terhadap perasaan ,keyakinan dan keterampilan kita.
Empati
Adalah perasaan mendalam yang dialami seseorang terhadap penderitaan seseorang yang dibarengi dengan organism tubuh yang sangat mendalam juga misalakan saja orangtua teman dekat kita meninggal dunia,kita merasa kehilangan juga karna seolah-olah orangtua kita sendiri yang meninggal dunia.  

Definisi Sikap Menolong
Sikap menolong adalah kesedian seorang untuk menelong sesama,sikap ini sering juga disebut perilaku atulristik atau perilaku prososial.
Faktor-Faktor  Pengaruh Sikap Prososial
Banyak factor yang mempengaruhi sikap prososial ini diantaranya adalah
1.Pola Asuh Orang Tua       
Cara orangtua dalam mengasuh anak ,banyak cara untuk meningkatkan empati dan lebih memperbesar kemungkinannya untuk dapat mengembangkan sikap ingin menolong orang lain dalam diri anak diantaranya adalah:

A.        Penjelasan Afektif
Penjelasan Afektif adalah penjelasan yang disertai dengan emosi ,nilai dan pengharapan orangtua agar anak belajar mengendalikan diri.
Misalkan kita sebagai orangtua berbicara pada anak seperti ini “jangan suka menyakiti orang lain.
B.        Teknik Disiplin Induksi
Teknik ini berisi tentang penalaran dan penjelasan terhadap akibat dari perilaku yang buruk. Misalkan dengan cara memberikan nasihat tentang pentingnya memperhatikan kepentingan orang lain,mengajarkan sikap empati di sekolah-sekolah,atau memberikan kesempatan pada anak untuk mengamati contoh-contoh perilaku yang diinginkan oleh kita terhadap anak tersebut.


2.         Kepribadian
Kepribadian adalah kebiasaan-kebiasaan,sikap,dan lain-lain sifat yang khas apabila seseorang berhubungan dengan orang lain.
Kepribadian ini berpengaruh terhadap sikap prosososial seseorang karna ada cirri kepribadiaan tertentu berkaitan erat dengan sifat suka menolong ini ,biasanya orang yang sangat menilai tinggi hubungan sosial lebih sering menolong daripada orang-orang yang pertama-tama menekankan nilai lainnya misalkan politik.
3.         Pola Pikir
Perasaan yang mendalam tentang adanya pengendalaian hidup maksudnya  adalah keyakinan seseorang bahwa perilaku seseorang pasti ada akibatnya.
4.         Kondisi  Sosial
 Kondisi sosial berpengaruh terhadap sikap prososial misalkan saja pada kondisi-kondisi dibawah ini :
A.Kita hanya satu-satunya orang yang deapat dimintai pertolongan dalam keadaan tersebut.
B.Bila situasi tersebut tidak jelas maka seseorang tersebut berdiam diri atau menunggu.
5.         Identitas orang yang menderita
Identitas orang yang menderita mempengaruhi sikap prososial kita karna biasanya seseorang cendrung menolong seseorang yang kita kenal atau orang yang bergantung pada kita.
6.         Suasana Hati
Sesorang yang suasana hatinya sedang baik cenderung memiliki sikap prososial yang baik juga.
  
          
Pengaruh Sosial
Pengaruh sosial adalah tindakan seseorang yang dipengaruhi manusia lain atau tindakan kita yang berhubungan dengan tindakan orang lain dimana tindakan tersebut yang memiliki makna ketika tindakan tersebut kita terima atau kita lakukan.
Pengaruh sosial terjadi setiap kali kita berpikir atau bertindak sebagai jawaban dari tindakan orang sebelumnya.
Macam-Macam Pengaruh Sosial:
Terdapat dua macam pengaruh sosial ,yaitu:
1.      Pengaruh Tidak Lansung
Pengaruh tidak lansung adalah pengaruh dimana tindakan orang lain  mampu menggerakan tindakan kita ,misalkan saja contohya seseorang mengucapkan”selamat tinggal” pada kita maka kita mengucapkan kembali”selamat tinggal”,ini termasuk pengaruh juga dan tindakan kita adalah tanggapan dari tindakan seseorang itu.
2.      Pengaruh Lansung
Pengaruh lansung adalah apabila kita mengikuti atau mencontoh orang lain.
Tiga Sumber Utama Pengaruh:
Terdapat tiga sumber utama dalam pengaruh yaitu:
A.    Orang  Tua
Orang tua adalah salah satu sumber utama pengaruh sosial kita karna setiap hari kita mendengar sikap mereka melalui nasehat yang mereka berikan dan karna kita menyayangi dan bergantung pada mereka maka kita mengikuti sikap mereka termasuk pada orang tua yang memberikan kebebasan pada anaknya juga kebebasan itu mempenagaruhi kita.


B.     Teman Sebaya
Selanjutnya sumber pengaruh sosial yang lainnya adalah teman sebaya karna teman sebaya kita cenderung menjadi kelompok acuan dimana kelompok acuan yang beisikan teman sebaya ini kita terima norma-normanya dan seolah dapat dijadikan pengganti keluarga dan apa yang mereka katakan lebih penting daripada apa yang orangtua kita katakana.
C.    Media Masa
 Masyarakat atau seseorang pada umumnya sangat dipengaruhi oleh apa yang dikatakan dalam media masa,televisi khususnya dianggap perpengaruh besar terhadap sikap misalkan saja melalui iklan komersial di televisi yang membuat kita lebih konsumtif dan dalam beberapa hal kita mau meyakini apa yang disampaikan dan ditayangkan televisi kepada kita.
Televisi juga dikatakan mampu membentuk sikap kita misalkan tindak kekerasan yang terdapat di televisi mampu mendorong anak-anak bertindak demikian.
Tiga Proses Pengaruh Sosial
Dalam pengaruh sosial terdapat tiga proses yaitu:
1.      Peneladanan
Peneladanan adalah mempelajari perilaku baru dengan  menirukan orang lain dalam peneladanan ini seseorang memerlukan model atau contoh untuk ditiru prilaku orang lain guna untuk melakukan kembali perilku model tersebut.
Menurut teori belajar sosial ,unsur penguatan mempengaruhi peneladanan karna apabila model tersebut dikuatkan dengan pujian maka perilaku model tersebut kemungkinan besar akan ditiru dan apabila perbuatan yang kita tiru dari model tersebut mendapat pujian juga maka kita cenderung akan melakukannya berulang-ulang.
Peneladaan juga akan tetap ada tanpa adanya penguatan karna penguatan itu ada dalam diri kita sendiri lebih tepatnya pada keiinginan untuk menyerupai orang lain.

Ada 3 macam orang yang menjadi teladan yaitu :
A.    Orang yang memiliki kekuatan
B.     Orang yang memiliki kemampuan untuk memberi penghargaan pada yang meniru
C.     Orang yang memiliki persamaan dengan si peniru
2.      Pencocokan
Pencocokan adalah pengubahan keyakinan atau perilaku seseorang agar cocok dengan      keyakinan dan perilaku kelompoknya,sebab terjadinya pencocokan ini adalah adanya orang lain yang mengalami keadaan yang sama dengan kita dan kta tidak mempunyai alat ukur atau patokan yang objektif terhadap keadaan tersebut.
Terdapat tiga factor penentu yang menentukan pencocokan yaitu kelompok,masalah yang sedang diputuskan dan individu.
3.      Pembujukan
Pembujukan adalah penggunaan pengaruh secara sengaja melalui penyampaian   informasi dimana dalam pembujukan ini terdapat factor-faktor yang menentukan pembujukan yaitu :
ü  Komunikator
apakah orang yang menyampaikan pembujukan itu dapat dipercaya atau sejauh mana dapat dipercaya dan memiliki daya tarik.
ü  Pesan
Apakah pesan yang disampaikan dalam pembujukan tersebut menarik dan terbaru.
ü  Pendengar
Factor yang menentukan keefektifan upaya pembujukan adalah sikap pendengar apakah mudah dibujuk atau tidak  



DAFTAR PUSTAKA
Juniati ,Mari/1981/Psikologi Suatu Pengantar Edisi kedua/Jakarta/Erlangga
Rohman,Taufiq dkk/2005/Sosoiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat/Yudishtira/Jakarta
Calhoun F, James Dan Joan Ross Acocella/1995/Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusian/IKIP Semarang Press/Semarang



Agresi, Prasangka dan Diskriminasi


Pengertian Prasangka
Prasangka adalah sebuah sikap yang umumnya bersifat negative terhadap anggota kelompok tertentu,semata berdasarkan keanggotan mereka dalam kelompok tersebut.
Seseorang berprasangka negaif terhadap seseorang tersebut tanpa mempedulikan tingkah laku orang tersebut.
Prasangka merupakan sebuah tipe khusus daris sikap dan terdapat prasaangka memilki  dua pengaruh yaitu:
1.Seseorang yang berprasangka negative tentang orang lain akan selalu diingat dan apabila apa yang dipikirkan sama dengan apa yang orang tersebut lihat maka prasangka orang tersebut terhadap orang lain akan mendapat perhatian lebih.
2.Orang yang berprasangka negative terhadap orang lain akan memiliki emosi yang negative walau hanya memikirkan dan melihat kehadiran orang tersebut,prasangka juga dapat menimbulkan tingkah laku yang berdampak negative pada orang yang dinilai negative dan dalam berprasangka terdapat keyakinan-keyakinan(streotif) dan harapan pada orang yang dinilai negative.
Walaupun demikian prasangka tidak selalu diwujudkan dalam tingkah laku karna adanya hukum,tekanan social dan ketakutan  adalah hal-hal yang dapat mencegah hal tersebut.
Prasangka timbul karna :
1.Dengan berprasangka terhadap  orang lain ,orang tersebut akan merasa bahwa citra diri mereka meningkat dan mereka berpikir merekalah yang terbaik.
2.Prasangka ada karna untuk menghemat kita dalam mengorganisasi,menginterpretasi,dan mengambil informasi.   


DISKRIMINASI
Diskriminasi adalah aksi negative terhadap kelompok yang menjadi sasaran prasangka.Diskriminasi berhubungan dengan prangka karna seperti yang telah saya katakana pada bagian sebelumnya bahwa prasangka dapat menimbulkan tingkah laku negative kepada orang mendapat prasangka negative itu,wujud tingkah laku negative itu adalah diskriminasi.
 Terdapat beberaapa bentuk dalam diskriminasi pada saat sekarang yaitu;
1.Rasisme Modern
Rasisme modern adalah berusaha menutupi prasangka didepan umum tetapi segera mengecam ketika hal tersebut aman dilakukan .
2.Tokenisme
Tokenisme adalah perlakuan seseorang terhadap orang lainnya ,yang ia nilai negative ,dimana orang lain tersebut diperlakukan seolah secara fositif karna factor rasial orang itu tetapi dilain kesempatan  orang yang berprilaku positif tersebut direndahkan sehingga menimbulkan dampak psikologi yang negative bagi sasaran prasangka dan prilaku prasangka.  
Sumber  Prasangka:
1.      Konflik lansung antar kelompok situasi dimana kelompok-kelompok social bersaing untuk memperoleh sumber daya yang terbatas
2.      Pengalaman awal dan proses pembelajaran social.
3.      Kecenderungan kita untuk mengkotak-kotakan dunia “kita”dan”mereka” dan memandang kelompok kita sendiri sebagai kelompok yang lebih baik daripada berbagai out-group lainnya.
4.      Cara kita memperoses informasi social.
Cara-Cara Mengurangi dan Mengatasi Prasangka:
1.      Mengubah pengalaman masa kanak-kanak sehingga mereka tidak diajarkan untuk mengecam oleh orangtua dan dewasa lainnya.
2.      Berinteraksi secara lansung dari orang dengan kelompok yang berbeda,ketika hal ini terjadi dengan kondisi tertentu ,prasangka dapat berkurang.
3.      Merubah batasan antara “kita “ dan “mereka”.
4.      Menggunakan teknik kognitif sehingga memotivasi orang menjadi tidak berprasangka.
5.      Membiasakan diri untuk selalu berkata tidak terhadap hubungan antara sterotifp dengan kelompok social tertentu.
6.      Memberikan pandangan bahwa kita tidak berprasangka seperti mereka yang berprasangka.
7.      Memandang orang yang menjadi target berprasangka sebaga agen yang aktif dan merespon terhadap prasangka yang diberikan.


AGRESI
Agresi adalah tingkah laku yang tujuannya diarahkan untuk menyakiti makhluk orang lain.
Banyak hal yang disinyalir menimbulkan perilaku agresi  ini yang sering didengung-dengungkan oleh para ahli adalah keyakinan bahwa agresi muncul karna factor biologis (Lorenz ,1966, 1974). Factor-faktor biologis tersebut menurutnya adalah secara alami manusia memiliki insting untuk menyakiti orang lain dan agresi ditujukan untuk membutikan siapa yang paling kuat,selain itu manusia melakukan agresi terhadap orang lain dengan banyak cara, dari mengabaikan orang lain, menyebarkan isu buruk sampai kepada sikap brutal.
Dalam melihat sebuah agresi,hendaknya kita melihat unsur-unsur agresi,yaitu  :
o   Menyerang Orang Lain
o   Dengan Maksud / Niat
o   Menyakiti / melukai ( jiwa / fisik ) orang lain
o   Berbentuk lisan , tulisan atau perbuatan.
Jenis jenis agresi menurut Myers (1996) membagi Agresi menjadi dua jenis yaitu
1. Agresi Marah / Agresi emosi ( Hostile Aggression ).
Adalah ungkapan kemarahan dan ditandai dengan emosi yang tinggi . Perilaku agresif dalam jenis ini adalah tujuan dari agresi itu sendiri.
2. Agresi Instrumental yaitu agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain ( Instrumental Agresion ).
Agresi Instrumental pada umumnya tidak disertai emosi . Bahkan antara pelaku dan korban kadang kadang tidak ada hubungan pribadi . Agresi ini hanya merupakan sarana untuk mencapai tujuan lain.






Teori-teori Terkait Agresi
1.      Teori Dorongan :
Teori dorongan berpendapat bahwa motivasi untuk menyakiti orang lain dikarnakan factor-faktor eksternal seperti frustasi dan keadaan lingkungan. Frustasi itu sendiri artinya adalah hambatan terhadap pencapaian suatu tujuan. Dengan demikian Agresi merupakan pelampiasan dari perasaan frustasi atau dapat dikatakan bahwa frustasi menyebabkan terangsangnya suatu dorongan yang tujuan utamanya adalah menyakiti beberapa orang atau objek terutama yang dipersepsikan sebagai penyebab frustasi.
2.      Teori modern atas agresi :
Teori ini menyatakan agresi dipicu oleh banyak sekali variable input- aspek-aspek dari situasi saat ini atau kecenderungan yang dibawa individu ketika menhadapi situasi tertentu. Bebrapa varibel pemicu agresi :
Yang pertama ialah frustasi, timbul dari bentuk serangan berupa penghinaan, juga bisa ketika seseorang tidak merasa nyaman atas situasi tertentu yang menyebabkan timbulnya agresi.
Yang kedua adalah trait, hal ini mendorong seseorang untuk mdah sekali melakukan agresi, berhubungan terhadap sikap dan kepercayaan terhadap bentuk agresi tersebut.





REFERENSI
Robert.Baron/2004/Psikologi social jilid 1dan 2 edisi kesepuluh /Jakarta/Erlangga


sikap dalam paradigma prilaku sosial


Perspektif Perilaku (Behavioral Perspective)
      Pendekatan ini awalnya diperkenalkan oleh John B. Watson (1941, 1919). Pendekatan ini cukup banyak mendapat perhatian  dalam psikologi di antara tahun 1920-an s/d 1960-an. Ketika Watson memulai penelitiannya, dia menyarankan agar pendekatannya ini tidak sekedar satu alternatif bagi pendekatan instinktif dalam memahami perilaku sosial, tetapi juga merupakan alternatif lain yang memfokuskan pada pikiran, kesadaran, atau pun imajinasi. Watson menolak informasi instinktif semacam itu, yang menurutnya bersifat "mistik", "mentalistik", dan "subyektif". Dalam psikologi obyektif maka fokusnya harus pada sesuatu yang "dapat diamati" (observable), yaitu pada "apa yang dikatakan (sayings) dan apa yang dilakukan (doings)". Dalam hal ini pandangan Watson berbeda dengan James dan Dewey, karena keduanya percaya bahwa proses mental dan juga perilaku yang teramati berperan dalam menyelaskan perilaku sosial.
      Para "behaviorist" memasukan perilaku ke dalam satu unit yang dinamakan "tanggapan" (responses), dan lingkungan  ke dalam unit "rangsangan" (stimuli). Menurut penganut paham perilaku, satu rangsangan dan tanggapan tertentu bisa berasosiasi satu sama lainnya, dan menghasilkan satu bentuk hubungan fungsional. Contohnya, sebuah rangsangan " seorang teman datang ", lalu memunculkan tanggapan misalnya, "tersen-yum". Jadi seseorang tersenyum, karena ada teman yang datang kepadanya. Para behavioris tadi percaya bahwa rangsangan dan tanggapan dapat dihubungkan tanpa mengacu pada pertimbangan mental yang ada dalam diri seseorang. Jadi tidak terlalu mengejutkan jika para behaviorisme tersebut dikategorikan sebagai pihak yang menggunakan pendekatan "kotak hitam (black-box)" . Rangsangan masuk ke sebuah kotak (box) dan menghasilkan tanggapan. Mekanisme di dalam kotak hitam  tadi - srtuktur internal atau proses mental yang mengolah rangsangan dan tanggapan - karena tidak dapat dilihat secara langsung (not directly observable), bukanlah bidang kajian para behavioris tradisional.
     Kemudian, B.F. Skinner (1953,1957,1974) membantu mengubah fokus behaviorisme melalui percobaan yang dinamakan "operant behavior" dan "reinforcement". Yang dimaksud dengan "operant condition" adalah setiap perilaku yang beroperasi dalam suatu lingkungan dengan cara tertentu, lalu memunculkan akibat atau perubahan dalam lingkungan tersebut. Misalnya, jika kita tersenyum kepada orang lain yang kita hadapi, lalu secara umum, akan menghasilkan senyuman yang datangnya dari orang lain tersebut. Dalam kasus ini, tersenyum kepada orang lain tersebut merupakan "operant behavior". Yang dimaksud dengan "reinforcement" adalah proses di mana akibat atau perubahan yang terjadi dalam lingkungan memperkuat perilaku tertentu di masa datang . Misalnya, jika kapan saja kita selalu tersenyum kepada orang asing (yang belum kita kenal sebelumnya), dan mereka tersenyum kembali kepada kita, maka muncul kemungkinan bahwa jika di kemudian hari kita bertemu orang asing maka kita akan tersenyum. Perlu diketahui, reinforcement atau penguat, bisa bersifat positif dan negatif. Contoh di atas merupakan penguat positif. Contoh penguat negatif, misalnya beberapa kali pada saat kita bertemu dengan orang asing lalu kita tersenyum dan orang asing tersebut diam saja atau bahkan menunjukan rasa tidak suka, maka dikemudian hari jika kita bertemu orang asing kembali, kita cenderung tidak tersenyum (diam saja).
      Dalam pendekatan perilaku terdapat teori-teori yang mencoba menjelaskan secara lebih mendalam mengapa fenomena sosial yang diutarakan dalam pendekatan perilaku bisa terjadi. Beberapa teori antara lain adalah Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory) dan Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory).

a.      Teori Pembelajaran Sosial.
      Di tahun 1941, dua orang psikolog - Neil Miller dan John Dollard - dalam laporan hasil percobaannya mengatakan bahwa peniruan (imitation) di antara manusia tidak disebabkan oleh unsur instink atau program biologis. Penelitian kedua orang tersebut mengindikasikan bahwa kita  belajar (learn) meniru perilaku orang lain. Artinya peniruan tersebut merupakan hasil dari satu proses belajar, bukan bisa begitu saja karena instink. Proses belajar tersebut oleh Miller dan Dollard dinamakan "social learning " - "pembelajaran sosial". Perilaku peniruan (imitative behavior) kita terjadi karena kita merasa telah memperoleh imbalan ketika kita meniru perilaku orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Agar seseorang bisa belajar mengikuti aturan baku yang telah ditetapkan oleh masyarakat maka "para individu harus dilatih, dalam berbagai situasi, sehingga mereka merasa nyaman ketika melakukan apa yang orang lain lakukan, dan merasa tidak nyaman ketika tidak melakukannya.", demikian saran yang dikemukakan oleh Miller dan Dollard.
      Dalam penelitiannya, Miller dan Dollard menunjukan bahwa anak-anak dapat belajar meniru atau tidak meniru seseorang dalam upaya memperoleh imbalan berupa permen. Dalam percobaannya tersebut, juga dapat diketahui bahwa anak-anak dapat membedakan orang-orang yang akan ditirunya. Misalnya jika orang tersebut laki-laki maka akan ditirunya, jika perempuan tidak. Lebih jauh lagi, sekali perilaku peniruan terpelajari (learned), hasil belajar ini kadang berlaku umum untuk rangsangan yang sama. Misalnya, anak-anak cenderung lebih suka meniru orang-orang yang mirip dengan orang yang sebelumnya memberikan imbalan. Jadi, kita mempelajari banyak perilaku "baru" melalui pengulangan perilaku orang lain yang kita lihat.  Kita contoh perilaku orang-orang lain tertentu, karena  kita mendapatkan imbalan atas peniruan tersebut dari orang-orang lain tertentu tadi dan juga dari mereka yang mirip dengan orang-orang lain tertentu tadi, di masa lampau.
     Dua puluh tahun berikutnya, Albert Bandura dan Richard Walters (1959, 1963), mengusulkan satu perbaikan atas gagasan Miller dan Dollard tentang belajar melalui peniruan. Bandura dan Walters menyarankan bahwa kita belajar banyak perilaku melalui peniruan, bahkan tanpa adanya penguat (reinforcement) sekalipun yang kita terima. Kita bisa meniru beberapa perilaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model, dan akibat yang ditimbulkannya atas model tersebut. Proses belajar semacam ini disebut "observational learning" - pembelajaran melalui pengamatan. Contohnya, percobaan Bandura dan Walters mengindikasikan bahwa ternyata anak-anak bisa mempunyai perilaku agresif hanya dengan mengamati perilaku agresif sesosok model, misalnya melalui film atau bahkan film karton.
       Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial seyogianya diperbaiki lebih jauh lagi. Dia mengatakan bahwa teori pembelajaran sosial yang benar-benar melulu menggunakan pendekatan perilaku dan lalu mengabaikan pertimbangan proses mental, perlu dipikirkan ulang. Menurut versi Bandura, maka  teori pembelajaran sosial membahas tentang (1) bagaimana perilaku kita dipengaruhi oleh lingkungan melalui penguat (reinforcement) dan observational learning, (2) cara pandang dan cara pikir yang kita miliki terhadap informasi, (3) begitu pula sebaliknya, bagaimana perilaku kita mempengaruhi lingkungan kita dan menciptakan penguat (reinforcement) dan observational opportunity - kemungkinan bisa diamati oleh orang lain.


b.      Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory)
      Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori pertukaran sosial antara lain adalah psikolog John Thibaut dan Harlod Kelley (1959), sosiolog George Homans (1961), Richard Emerson (1962), dan Peter Blau (1964). Berdasarkan teori ini, kita masuk ke dalam hubungan pertukaran dengan orang lain karena dari padanya kita memperoleh imbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan suatu imbalan bagi kita. Seperti halnya teori pembelajaran sosial,  teori pertukaran sosial pun melihat antara perilaku dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut dipandang mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi Dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit). Imbalan merupakan segala hal yang diperloleh melalui adanya  pengorbanan, pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku  di tempat kerja, percintaan, perkawinan, persahabatan - hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan.
     Berdasarkan keyakinan tersebut Homans dalam bukunya "Elementary Forms of Social Behavior, 1974 mengeluarkan beberapa proposisi dan salah satunya berbunyi :"Semua tindakan yang dilakukan oleh seseorang, makin sering satu bentuk tindakan tertentu memperoleh imbalan, makin cenderung orang tersebut menampilkan tindakan tertentu tadi ". Proposisi ini secara eksplisit menjelaskan bahwa satu tindakan tertentu akan berulang dilakukan jika ada imbalannya. Proposisi lain yang juga memperkuat proposisi tersebut berbunyi : "Makin tinggi nilai hasil suatu perbuatan bagi seseorang, makin besar pula kemungkinan perbuatan tersebut diulanginya kembali". Bagi Homans, prinsip dasar pertukaran sosial adalah "distributive justice" - aturan yang mengatakan bahwa sebuah imbalan harus sebanding dengan investasi. Proposisi yang terkenal sehubungan dengan prinsip tersebut berbunyi " seseorang dalam hubungan pertukaran dengan orang lain akan mengharapkan imbalan yang diterima oleh setiap pihak sebanding dengan pengorbanan yang telah dikeluarkannya - makin tingghi pengorbanan, makin tinggi imbalannya - dan keuntungan yang diterima oleh setiap pihak harus sebanding dengan investasinya - makin tinggi investasi, makin tinggi keuntungan".
      Inti dari teori pembelajaran sosial dan pertukaran sosial  adalah perilaku sosial seseorang hanya bisa dijelaskan oleh sesuatu yang bisa diamati, bukan oleh proses mentalistik (black-box). Semua teori yang dipengaruhi oleh perspektif.


DAFTAR PUSTAKA
Ilmu Sosial Dasar Edisi Revisi Teori dan Konsep Ilmu Sosial  karangan Ir.M. Munandar Soeleman ,MS
Teori-Teori Psikoogi Sosial  karangan  Prof.Dr  Sardito Wirawan Sarwono
Teori Sosilogi Modern edisi 6  karangan George  Ritzer & Douglas J.Goodman
Ensklopedi  Ilmu-Ilmu Sosial edisi kedua  karangan Adam Kuper & Jessica Kupper